Belajar dari Stan
Thank you, Stan!
Tulisan besar itu mengawali bagian pembuka film Captain Marvel yang saya tonton ulang semalam bersama pak swami dan ketiga anak lelaki kami.
Siapa Stan?
Stan Lee adalah seorang penulis buku komik Amerika, editor, penerbit, dan produser yang juga berperan sebagai pemimpin kreatif utama Marvel Comics selama dua dekade. Kehadirannya sebagai cameo di setiap film Marvel, meski singkat, namun membekas di hati. Meninggal di usia 95 tahun pada 12 November 2018 karena sakit yang dideritanya.
Rasa hangat menjalar di dada saat membaca kalimat Thank You, Stan! bertambah saat ternyata di film ini Stan masih hadir di awal pada adegan di dalam kereta. Mata mulai berkaca ketika kemudian saya berbisik pada lelaki kuat di sebelah saya, "How's our end would be, Ayah?"
Deg.
Karena hidup ini begitu singkat adanya. Sembilan puluh lima tahun Stan Lee berkesempatan untuk hidup di dunia dan meninggalkan jejak bagi dunia komik, penerbitan serta perfilman yang digelutinya.
Sampaikah kita hingga usia sembilan puluh lima?
Apa yang akan diingat orang - orang di sekitar saya, atau yang pernah mengenal saya, tentang saya?
Apa yang saya tinggalkan saat saya menutup mata dan usia?
Bila tak sampai sembilan lima?
Deg.
Mulai basah mata saya.
Mama dulu dipanggil beberapa bulan sebelum sampai usia empat puluh lima.
Papa, Mei lalu, disampaikan pada usia tujuh puluh tiga.
Saya?
Rabbana….
Tak pernah tahu saya, kapan detik terakhir saya.
Bila saat itu tiba:
Sudahkah saya meninggalkan makna?
Menyentuh banyak hati serta jiwa yang membawa kebermanfaatan dalam hidup saya dan mereka?
Menengok ulang empat puluh tahun usia saya,
Merefleksi apa saja yang pernah saya lakukan sependek perjalanan hidup saya.
Mengurai kembali makna atas setiap kejadian yang memberikan banyak warna.
Lihat, dengar, rasakan.
Saat ini, saat saya menyadari bahwa masih ada nafas dalam raga.
Masih ada jiwa yang bisa melesatkan banyak ide serta pikiran yang bisa memicu banyak rasa.
Maka, saya berdoa.
Maka, saya berbuat semampu saya.
Meninggalkan banyak jejak (yang semoga baik adanya) dan Allah ridla.
Menguatkan tekad sambil terus berjalan.
Semoga Allah mampukan.
Untuk selalu berada di alur kebaikan dan bisa sedikit menebar kebermanfaatan.
Ah, thank you, Stan!
Bahkan menonton ulang karyamu saja bisa memberikan pemahaman.
Komentar
Posting Komentar