Sebuah Permulaan

Jum'at di bawah guyuran hujan bulan November seharian. Baru beberapa jam saya berada di rumah setelah perjalanan konferensi sembilan hari di Republik Ceko.


Saat saya di sana, saya berazam untuk memulai kembali semangat menulis yang sempat menguap pasca kehilangan laptop saya di awal bulan Oktober lalu. Maka, hadirlah blog baru saya ini. Bismillah, mencoba untuk konsisten dengan komitmen yang dibuat. Mohon doanya, ya.


Baiklah, selayaknya setiap hal, selalu diawali dengan sebuah permulaan. Awal mula. Maka tulisan ini pun dimaksudkan sebagai pembuka. Pengantar singkat akan tulisan-tulisan selanjutnya. Dimana saya akan lebih banyak bercerita tentang serpihan serta kepingan catatan pembelajaran hidup saya dalam pencarian makna. Sejujurnya, proses menulis ini lebih saya niatkan sebagai wahana saya mencatatkan peristiwa yang memperkaya pemahaman saya akan kehidupan saya. Manfaatnya tentu lebih banyak saya niatkan untuk proses pengembangan diri pribadi saya. Jika nanti ternyata membawa manfaat bagi Anda sebagai pembaca, tentunya akan menjadi nilai bonus bagi saya. Semoga bisa menjadi tabungan yang dapat saya pertanggungjawabkan di hari akhir kelak. Aamiin, ya Rabb.

Sampai sini, saya sendiri telah menangkap beberapa kata yang saya tulis berulang kali. Memulai. Mengapa? Karena sejujurnya, memulai setelah pernah berhenti itu tidaklah mudah. Saya perlu menggerakkan segenap indera saya untuk terus bersinergi agar  tulisan terus mengalir. Bukan hanya sekedar kemampuan pikir, tapi juga kemauan untuk terus menulis lagi lagi dan lagi. Ratusan halaman telah saya tulis sebelumnya, lalu kemudian qadarullah, hilang bersama hilangnya peranti keras saya. Hikmah apa yang saya ambil? Mungkin tulisan saya sebelumnya belum layak untuk dibaca. Itu saja. Lalu apakah tulisan yang ini akan menjadi layak? Kita lihat saja. Kita takkan pernah tahu jika tak pernah mencoba, kan? Maka, ijinkan saya memulainya, ya......
"Keep on beginning and failing. Each time you fail, start all over again, and you will grow stronger until you have accomplished a purpose - not the one you began with perhaps, but one you'll be glad to remember." Anne Sullivan 
Nah, jika Anne Sullivan berkata demikian, maka mengetahui tujuan menjadi teramat penting. Saya telah tuliskan alasan saya menulis. Tujuannya? Tentu saja mengumpulkan setiap tulisan yang terserak menjadi satu kompilasi catatan pembelajaran dalam satu buku.  Kali ini, serakan tulisan tidak hanya saya tulis di laptop dan lupa menyimpannya di iCloud seperti dahulu. Kali ini, saya menulis di blog untuk kemudian memastikan keberadaannya tidak bergantung pada peranti keras. Hehehhee, pengalaman adalah guru yang berharga. Saya berikhtiar akan menulis minimal sebanyak 1 halaman artikel setiap hari. Syukur-syukur bisa lebih. Seberapa pentingkah buku ini? Hhhmm, bagi satu tujuan yang bersifat kualitatif seperti ini, saya tak akan menyematkan angka pada tingkat kepentingan. Alih-alih, saya akan mencoba menguraikan makna satu per satu agar nampak nyata adanya.

Bagaimana?


Sebagai pembelajar NLP, saya menggunakan model Neuro Logical Level (NLL) yang dikembangkan oleh Robert Dilts berdasar pada teori level pembelajaran Gregory Bateson (Yuliawan, 2013)Berikut adalah gambar hierarki NLL yang diajarkan guru saya: 



Menurut Teddi Prasetya Yuliawan, NLL sejatinya adalah alat bantu untuk memudahkan kita memiliki rencana-rencana yang realistik, namun juga penuh makna. 

Singkatnya begini.

Saya sudah memiliki tujuan untuk menuliskan catatan pembelajaran hidup saya dalam pencarian makna minimal 1 lembar artikel di blog ini, untuk kemudian mengumpulkannya menjadi sebuah buku. Maka artinya, pada level lingkungan, saya bisa menuliskan apapun yang saya mau di mana saja berkenaan dengan peristiwa, pemerolehan makna dalam kehidupan saya di blog ini. 

Di level perilaku, komitmen menulis satu halaman setiap hari akan terpantau melalui group WA INLPS Writers yang saya ikuti. Setup hari, saya perlu menyetor link tulisan. Artinya, setiap hari, saya perlu mengunggah minimal satu tulisan baru. Sesuai harapan Mas Guru, pembiasaan akan perilaku yang dilatih dengan berkomitmen pada group ini. Once you made a choice, you need to fulfill your commitment consistently. Bismillah.....

Di level kemampuan, saya merasa perlu melatih lagi kemampuan menulis saya agar terus mengalirkan rangkaian kalimat yang mendukung ide saya atas satu peristiwa di hari itu. Bagaimana? Saya lebih memilih untuk memfokuskan diri pada apa yang akan saya tulis. Melupakan sejenak hal-hal yang bisa mengganggu pikiran, being presence at the moment. Secangkir kopi atau coklat kadang bisa membantu. Tarik nafas, tahan lalu hembuskan perlahan juga bisa membantu saya berasosiasi penuh dengan apa yang ingin saya tulis. 

Di level keyakinan, saya menanamkan apa yang dicetuskan oleh Chef Gusteau di film Ratatouille, "Anyone can cook". Saya percaya penuh akan hal ini, wong sejak kelas dua SD, jauh sebelum film ini ada, Ibu saya selalu bilang, "Ayo kamu bisa, Mbak!" . Dan saya jadi bisa memasak. Kalau memasak saya bisa, menulis pun mestinya sama. Saya hanya tinggal mengganti kalimat can cook, menjadi can write. Tadaaaa...... 

Di level identitas diri, saya menyematkan makna dimana saat saya menulis, saya sebenarnya senang berupaya untuk mengingatkan diri. Menjadi contoh bagi diri saya pribadi, untuk kemudian dijadikan contoh bagi orang-orang di sekitar diri. Sebagai Ibu, guru, pendidik, saya tentunya akan terus mengembangkan diri sehingga layak menjadi sosok yang digugu dan ditiru. Serpihan tulisan saya nanti, semoga bisa menjadi salah satu alatnya. Pada saatnya dimana saya tiada.

Pehamaman akhir di level identitas diri itulah yang mengantarkan pada pemaknaan di level spiritualitas. Menulis bukan hanya sekedar coretan atau goresan cerita, melainkan satu bentuk pertanggungjawaban hidup saya, tabungan akhirat saya. Hingga ketika saatnya tiba, goresan tangan saya akan bersaksi mengenai kebermanfaatan saya di dunia. Semoga kelak, tulisan ini pula yang dapat meringankan timbangan dosa saya. Inshaa Allah...

Membaca ulang apa yang saya tuliskan, saya kemudian terhenyak. Rabb, sungguh bukan sesuatu yang sederhana. Terang sudah mengapa saya perlu menulis kembali. Bersungguh-sungguh dengan lebih kali ini. Baiklah. Tolong jadi saksi saya ya, semuanya. Bahwa saya akan meluangkan waktu setiap harinya untuk menulis kembali. Setiap hari. Lalu setor di blog ini dan group WA Indonesia NLP Society. Semoga Allah mampukan dan mudahkan. 

Alloohumma laasahla illaa maaja'altahu sahlaa, wa anta taj'alul hazna, idzaa syi'ta sahlaa.





Komentar

Postingan Populer