Mulai dari Diri Sendiri

“Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
Q.S. Ar-Ra’d:11.
Langkah pertama yang perlu kita lakukan untuk melakukan perubahan adalah mulai dari diri sendiri, saat ini, tanpa ditunda lagi.
Selama 30 tahun terakhir, NLP telah mendefinisikan pola pikir kritis yang diterapkan orang-orang sukses untuk membantu mereka mencapai potensi mereka. Ini sering disebut sebagai presuposisi NLP, dimana di dalamnya terkandung prinsip mendasar bahwa kita tidak dapat mengubah perilaku orang lain, kita hanya dapat mengubah perilaku kita sendiri (Churches & Terry, 2007). Ini berlaku untuk anak-anak sama seperti pada orang dewasa, guru, orang tua, teman dan orang lain yang berinteraksi dengan kita. Tentu saja kita tidak pernah bisa mendapatkan jaminan bahwa perubahan yang kita buat akan mempengaruhi orang lain, namun setidaknya, kita berada di posisi yang telah secara proaktif mengubah diri sendiri untuk terus menerus bertumbuh menjadi lebih baik lagi. Satu pertanyaan yang biasanya menghambat proses perubahan adalah bisakah kita?
Tentu saja. Salah satu presuposisi NLP yang tepat untuk hal ini adalah, “Setiap orang memiliki semua sumber daya internal yang mereka butuhkan”. Semua orang, tanpa kecuali, memiliki potensi diri yang baik untuk menunjang pertumbuhan pribadi. Inti dari pemahaman ini adalah bahwa jika satu orang dapat melakukan sesuatu, maka hal tersebut dapat pula dilakukan oleh orang lain. Dengan kata lain, kita hanya perlu mengetahui apa yang dilakukan orang yang kita anggap memiliki kemampuan yang kita perlukan untuk bertumbuh dan menerapkannya pada diri kita sendiri. Kita semua cenderung memiliki keyakinan tertentu tentang diri kita sendiri. Keyakinan yang memberdayakan kita, dan keyakinan yang membatasi yang melemahkan kita. Hal-hal yang tanpa sadar kita komunikasikan pada diri sendiri tentang apa yang bisa dan tidak bisa kita lakukan. Atau cerita dan keyakinan tentang mengapa kita tidak dapat melakukan sesuatu. Terkadang, pemilihan kalimat yang kita pilih untuk menunjukkan identitas diri adalah hal-hal negative semacam, “Aku bodoh,” atau “Aku gendut,” atau “Aku pasti tak bisa,” bahkan, “Aku perlu meninggikan suaraku agar siswa mendengarku.”
 Pilihan kata atau kalimat yang pada akhirnya membangun sebuah penggambaran identitas diri. Di NLP, kami menyebutnya sebagai limiting beliefs. Sesuatu yang dipercayai dan menghambat kemajuan diri. Pernahkah Anda mengalami ini? Keragu-raguan atau ketidakpercayaan diri?

Sebanyak cara dan sekuat apapun pilihan kita untuk menyimpan limiting beliefs kita, sebanyak itulah kita mampu mengubah beliefs kita untuk memberdayakan diri. Dengan mengubah beliefs yang kita katakan pada diri kita sendiri pada akhirnya akan mengubah hasil yang kita dapatkan. Berhenti meyakini bahwa kita tidak cukup baik atau tidak dapat mencapai apa yang kita inginkan. Mulailah untuk menantang asumsi-asumsi ini dan buka lapisan kebohongan yang kita ciptakan sendiri. Jika kita merasa bahwa kita belum menjalani kehidupan yang diinginkan, jangan ragu untuk berusaha terus mencapainya. Pada akhirnya kita semua memiliki kendali atas apa yang kita pikirkan dan bagaimana kita bertindak. Setiap pribadi, termasuk kita sendiri, hanya perlu mencari serta menggali lebih dalam lagi, membuka lapisan-lapisan yang tersembunyi dalam diri serta relung hati. Bongkar limiting beliefs Anda. Bagaimana caranya?

Komentar

Postingan Populer