Cerita Siang Ini

Siang ini menunggu waktu rapat di Universitas Terbuka Pondok Cabe, saya dan suami memutuskan untuk melepas penat di Masjid. Kampus ramai, berbeda dengan saat pertemuan sebelumnya seminggu yang lalu. Ada acara wisuda ternyata.

Pak suami di lokasi shalat laki-laki, saya di pojok yang disediakan bagi perempuan. Tiba-tiba datang tergopoh-gopoh seorang wisudawati dengan bayinya. Mengambil tempat di pojok kiri, lalu meletakkan sang bayi dengan hati-hati. Perlahan ia melepas baju toga dan dengan cekatan mulai menyusui sang bayi. Sang suami sesekali memeriksa sambil menyerahkan kotak makanan bagi sang istri. Dedek bayi? Minum dengan sangat lahap sekali. Melihat pemandangan ini sungguh membahagiakan hati. Bagaimana seorang Ibu (dan juga Ayah) akan memberikan apa yang ia miliki untuk sang buah hati. Mengusap lembut kepala sang bayi, mengajak berbicara dengan bahasa dan mimik wajah yang murni berasal dari hati. Setelah selesai, keluarga kecil ini tersenyum penuh arti. Dedek bayi? Tertawa kenyang, renyah sekali.

Gustiii,
Ingatan saya melayang pada saat memiliki anak untuk pertama kali. Tahun 2003. Saat baru saja menyelesaikan skripsi. Perasaan hangat menyelimuti hati. Lahir sehat, mewarnai isi rumah dengan tangis, tawa dan aroma minyak telon dan bedak bayi. Memberikan kesempatan bagi saya dan suami untuk belajar menjadi orangtua sejak dulu hingga kini. Kakak yang sabar dan menyayangi. Disegani kedua adik laki-laki dan mampu menjaga mereka dengan baik sekali. Menjalani proses bertumbuh menjadi seorang laki-laki remaja dengan segudang cerita dalam setiap fasenya. Mengijinkan kami untuk membersamai. Tak pernah canggung memeluk atau menggenggam erat tangan saya sejak dulu hingga kini. Memijit kepala atau kaki saat penat menghampiri. Teman berdiskusi yang bersedia mendengarkan tidak hanya dengan telinga, namun mata dan juga hati. Tak sempurna, tapi luar biasa. Bagi kami, setidaknya. Bayi itu hari ini baru kami antar ke bandara untuk bergabung bersama-sama teman dan gurunya perpisahan di Bali. Sudah mau masuk SMA kini. 

Duh, sungguh waktu berlari sangat cepat sekali. Tak menyisakan ruang untuk kembali. Namun kenangan tersimpan rapi dalam memori. Kenangan yang sesekali mengetuk sanubari. 

Alhamdulillah, Rabbi..
Terima kasih atas pembelajaran hari ini. Melihat ibu muda ini, saya seolah melihat diri saya sendiri. Meresapi arti kehadiran diri dari dulu hingga kini.

Siang ini, saya seolah dihadapkan pada linimasa perjalanan. Apa yang telah saya lakukan? Apa yang belum saya kerjakan? Apa yang perlu saya renungkan? Bagaimana saya memperbaiki kesalahan? Bagaimana saya memaknai setiap kejadian? 

Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah. 

Lihat, dengar, rasakan.

Komentar

Postingan Populer