Lagi-lagi Tentang Melepaskan

2 Ramadhan 1439H.

Manatap layar dengan nanar. Mencoba mengedit naskah jurnal sebanyak 16.230 kata menjadi 10.000 kata yang ditentukan. Membaca berulang kali, mencari esensi. Mana yang perlu dipertahankan, mana yang dalam pertimbangan, dan mana yang perlu dihilangkan.

Berjam-jam.

Rabbi...

Sungguh benar. Melepaskan sesuatu memerlukan perjuangan lebih daripada saat mengumpulkan serta menyusun.
Sebelum ini, proses merangkai kata tak seberat ini.

Eh. Berat?
Berapa kilo?
Dimana beratnya?

Refleks tangan menyentuh kepala. Hhhm, disitu rupanya. 
Otak, mata lalu merembet ke leher. 

Seolah terdengar di telinga, "I wish I could put off my head for a while. Sebentar aja..."

Ngaco. Mau jadi Nearly Headless Nick kaya di Harry Potter emangnya?

Fiiuh, bismillah.

Si 'berat' ini datangnya dari rasa. Rasa sayang yang berlebihan atas tulisan. Rasa ini bermula dari pikiran. Pikiran yang menyerukan seolah-olah semua kata yang terkandung di dalamnya penting semua. 

Lihat, dengar, rasakan.

Baiklah. Menarik nafas, kemudian menghembuskannya perlahan. Tulisan ini dibuat buat apa? Untuk memenuhi persyaratan publikasi, kan? Agar nantinya jika dimuat bisa bermanfaat bagi pembaca. Agar apa yang kau tulis bisa membawa makna. Supaya bisa dimuat, ikuti semua syarat. Kalau memang hanya sedemikian jumlah maksimal, ya ikuti saja. 

Pikiran asyik monolog, mencoba mereframe ulang makna. 

Lihat, dengar, rasakan.

Baca ulang pelan-pelan. Kata demi kata. Kalimat demi kalimat. Alinea demi alinea.

Eh, kok ada yang berulang ya isinya?
Eh, ini mending jadi bahasan baru deh, pindahin sana.
Eh, kok dia ada disini ya? Mestinya disana.
Eh, eh, eh, lainnya muncul bergantian.

Lalu jari mulai menari di atas keyboard. Membuka file dokumen baru, menyimpan barisan-barisan kalimat serta paragraf buangan. 

Srat sret. Klak klik. Whuus.

Dua jam.
Lalu membaca ulang.

Lho. Kaget sendiri.
Sekarang jadi punya dua artikel dengan pendalaman dan pemahaman yang berbeda. 

Eh, kok bisa?
Niatnya mau buang, kok malah jadi punya dua?

"I don't think anyone is ever writing so that you can throw it away. You're always writing it to be something. Later, you decide whether it'll ever see the light of the day. But at the moment of its writing, it's always meant to be something. So, to me, there's no practicing; there's only editing and publishing or not publishing." - Steve Martin.


Nah. itu ternyata. Hanya dengan mengingat makna sebenarnya, mengotak-atik rasa, melakukan apa yang perlu dilakukan, saya malah dapat bonus pada akhirnya. 

Hhhmmm, legaaa...
Melepaskan itu begini rasanya. Kadang saya lupa. Asyik menggenggam apa yang saya pikir sudah pada tempatnya. Hanya karena sudah terbiasa atau merasa bahwa itu adalah hal yang semestinya. Padahal, tidak begitu kenyataannya. Ternyata, dengan melepaskan, ada hal lain yang bisa saya dapatkan. Melepaskan bukan selalu berarti kehilangan. 

Saat mengedit yang berarti melepaskan rangkaian tulisan, saya malah memiliki kesempatan untuk membaca ulang, meresapi makna dan menggali pesan-pesan yang ada di dalamnya. Jauh lebih dalam dibandingkan saat saya menuliskannya di awal mula. 

Duh, ini baru tulisan. Sepertinya ada hal-hal lain dalam kehidupan yang perlu saya maknai ulang kebermaknaannya. Jangan-jangan, ada yang perlu saya lepaskan?

Lihat, dengar, rasakan.


Komentar

Postingan Populer