Tentang Menegur
1 Ramadhan 1439H.
Hari pertama, selalu ada cerita.
Memulai sebuah awalan, meninggalkan akhiran.
Pelajaran hari ini saya dapat dari sebuah peristiwa.
Tentang teguran.
Teguran diberikan mengikuti terjadinya kesalahan.
Teguran dimaksudkan untuk mencapai perbaikan.
Namun cara penyampaiannya, amatlah berperan.
“Ajaklah (wahai Muhammad) mereka ke arah jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang elok dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang paling baik.” (QS. An – Nahl: 125).
Menasihati dengan elok.
Tegurlah dengan cara yang santun. Dengan bahasa yang tertata dan perilaku yang terjaga. Sebesar apapun kesalahan yang diperbuatnya, ingatlah bahwa sejatinya, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya berkata yang baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim). Sekiranya masih ada amarah di dada, tahan, jangan tergesa.
Lihat, dengar, rasakan.
Cari waktu yang tepat, tempat yang nyaman dimana tidak banyak orang yang tidak berkepentingan berseliweran. Usahakan bertemu muka, jikapun melalui pesan tertulis, pilih waktu yang sekira-kira tidak dalam keadaan dirundung kesibukan yang luar biasa. Luruskan niat, sucikan diri, selaraskan antara pikir, rasa dan perbuatan. Hadir secara utuh. Menegur untuk kebaikan dan mencari ridlaNya. Bukan untuk mempermalukan, bukan untuk merendahkan, terlebih lagi untuk membuka aib jika dilakukan di muka umum.
Lihat, dengar, rasakan.
Sekiranya kita yang berbuat kesalahan, apa yang kita harapkan orang lain lakukan dan katakan sebagai cara menegur kita? Nada yang tinggi kah? Wajah yang memerah kah? Tangan yang menunjuk ke arah muka kah? Bagaimana? Tegurlah seseorang selayaknya kita menginginkan orang lain menegur kita ketika kita berbuat salah.
Lihat, dengar, rasakan.
Materi teguran kita pun perlu menjadi perhatian. Fokus pada persoalan dan jalan keluar yang diharapkan. Lainnya, abaikan. Betapa sering kita menghubung-hubungkan kejadian-kejadian yang tidak relevan saat memberikan teguran? Betapa sering kita memanfaatkan situasi dan menegur sehingga seolah-olah tak ada setitik kebaikan atau kebenaran yang ia kerjakan. Astaghfirullah al adzhiim, menegur bukan berarti membalas dendam. Menegur bukan sarana menjatuhkan. Jangan biarkan setan menari senang mendapatkan kita sebagai teman. Naudzubillah....
Lihat, dengar, rasakan.
Setelah teguran kita kemukakan, dengarkan semua pembelaan dan penjelasan. percayalah, selalu ada niat baik di balik setiap perbuatan dan perkataan. Sesalah apapun itu. Karena benar dan salah sejatinya merupakan suatu peta pemahaman yang tentunya wajar jika ada perbedaan. Dengarkan dengan seksama, mendengar untuk memahami bukan untuk mempersiapkan jawaban atau bahkan bantahan, Hindari kesalahpahaman yang berkepanjangan.
Lihat, dengar, rasakan.
Terakhir, doakan penuh kesungguhan. Semoga segera diberi kemudahan dalam melakukan perbaikan, tidak mengulangi kesalahan serta berdoa agar diri kita dihindarkan dari kemungkinan melakukan kesalahan.
Lihat, dengar, rasakan.
Sungguh saya belajar hari ini. Mengirimkan banyak doa terbaik bagi rekan yang baru saja mendapatkan teguran hari ini. Semoga Allah anugerahi banyak kesabaran. Mungkin derajatmu akan dinaikkan. Insyaa Allah....
...lalu menangis dalam hati tertahan...
Astaghfirullah al adzhiim.....
Komentar
Posting Komentar