Ilham ada Dimana?
Ilham ada dimana?
Saat kita ingin merangkai kata atau bahkan cerita, kadang tetiba ilham menguap entah kemana. Lenyap begitu saja. Jari yang telah siap menekan papan ketik mendadak kelu tak bekerja. Ilham ada dimana?
Ilham ada dimana?
Ilham ada dimana?
Lihat, dengar, rasakan.
Semakin tegang, semakin menjauh ilham berjalan. Semakin deg-degan, semakin gak karu-karuan alam pikiran. Tarik nafas perlahan, tahan, hembuskan. Sebenarnya ilham apa yang kau maksudkan?
Duhai, Allah ar Rahman...
Saat kita ingin merangkai kata atau bahkan cerita, kadang tetiba ilham menguap entah kemana. Lenyap begitu saja. Jari yang telah siap menekan papan ketik mendadak kelu tak bekerja. Ilham ada dimana?
Ilham ada dimana?
Padahal dia tadi ada disana. Menari-nari dengan indahnya. Bersiap meluncur dengan jutaan kata dan cerita. Lengkap dengan tanda baca titik, seru, tanya dan kurung buka. Tanda petik pun siap sedia. Sekarang kemana?
Ilham ada dimana?
Duh, pikiran kebat kebit tak karuan. Jantung mendadak deg-degan. Mana dikejar deadline. Gustiiiii, ilham ada dimana?
Lihat, dengar, rasakan.
Semakin tegang, semakin menjauh ilham berjalan. Semakin deg-degan, semakin gak karu-karuan alam pikiran. Tarik nafas perlahan, tahan, hembuskan. Sebenarnya ilham apa yang kau maksudkan?
Ilham adalah intuisi bisa juga disebut inspirasi yang bermuara dalam pikiran. Dikirim langsung oleh Tuhan berdasarkan satu pemahaman. Pemahaman yang berasal dari pengetahuan yang didapat atas proses pembelajaran. Maka usah terlampau jauh kau tanya dimana Ilham berada. Ia sebenarnya selalu ada disana. Menanti untuk dibuka kotaknya. Apa yang kau pahami berdasarkan atas apa yang kau pelajari. Lalu sumber pengetahuan apa yang telah kau buka? Adab pembelajaran apa yang telah terlaksana? Satu, dua, atau belum semuanya? Lihat jauh ke dalam diri dan pikiranmu, buka lapisannya satu per satu. Ketemu?
Duhai, Allah ar Rahman...
Ah, rupanya disitu letak permasalahannya. Bukan ilham ada dimana, tapi apa yang membuat sang Ilham seolah enggan menyapa. Rasa diburu-buru itu yang menghalangi pintu. Rasa tak tenang itu yang selalu membuat ragu. Maka Ilham seolah-olah takut dan malu untuk bertemu.
Astaghfirullah al adzhiim...
Lihat, dengar, rasakan.
Cukupkan terlebih dahulu pemahaman dan pengetahuan. Ambil buku bacaan, referensi yang bisa diandalkan, paling afdhal jika bersumber dari kitab sunnah dan al Qur'an. Eh, bergantung iman dan kepercayaan. Baca, resapi, pahami. Berulang-ulang kali. Ambil nafas perlahan, tahan lalu hembuskan. Baca doa dengan penuh kesadaran. Jangan lupa kenali tujuan, ilham tulisan ini untuk apa dituliskan. Membawa kebermanfaatan atau kemudharatan? Timbang-timbang dengan penuh kesadaran. Bukankah apa yang kita pikirkan, ucapkan, tuliskan, lakukan akan dimintai pertanggungjawaban?
Lihat, dengar, rasakan.
Masih tersisakah pertanyaan? Sudahkah ilham kau temukan? Jika sudah, segera tuliskan. Sebelum ia melesat lari melampaui kecepatan gerakan penulisan tangan. Jika belum, ulang kembali semua proses secara perlahan. Periksa kembali pemahaman dan pengetahuan. Barangkali ilham pergi karena tahu minimnya ilmu kita dalam pikiran dan genggaman. Barangkali ilham kabur karena tahu materi yang kita siapkan itu ngawur.
Mau coba? Yuk, sama-sama. Ingat-ingat ini semua tiap kali lintasan pertanyaan ini menyapa: Ilham ada dimana?
Rabbi zidnii ilman warzuqnii fahman
Komentar
Posting Komentar