Keset
Keset.
Alat kebersihan yang digunakan untuk membersihkan kaki atau alas kaki. Terbuat dari sabut kelapa, kain perca, polyester atau material yang mahal bergantung harganya.
Alat kebersihan yang digunakan untuk membersihkan kaki atau alas kaki. Terbuat dari sabut kelapa, kain perca, polyester atau material yang mahal bergantung harganya.
Pernah saya dengar seorang Bapak berkata, "Semahal-mahalnya keset, tempatnya di bawah juga. Diinjek juga. Buat bersih-bersih juga." Nada bicaranya keras dan ketus. Saat saya lihat apa yang sedang dipegang oleh beliau, saya paham. Beliau sedang memegang keset berbahan wol lembut seharga setengah juta rupiah. Pantas sajalah.
Benar adanya Bapak tersebut, keset tempatnya di bawah. Ya ga lucu aja kalau saking mahalnya keset, lalu kita taruh di atas meja buah. Bisa jadi salah kaprah. Betul pula saat beliau berkata, keset pastinya akan diinjek untuk bersih-bersih juga. Lha wong memang itu fungsinya.
Tapi pernahkah terpikir kenapa harga keset bisa berbeda-beda?
Coba ingat lagi materi bahan asalnya. Keset sabut kelapa pasti beda harga dengan keset kain perca. Pun keset kain perca akan berbeda harga dengan keset wol lembut yang jika digesek nyaman rasanya. Fungsinya pun meski sama-sama pembersih alas kaki, beda. Keset sabut kelapa digunakan untuk ruangan luar, dengan asumsi kotoran yang perlu dibersihkan lebih besar dibanding dengan kotoran kaki telanjang tanpa alas sepatu atau sandal. Keset untuk kamar mandi luar didesain menyerap air dengan baik, sementara keset di dalam kamar mandi terbuat dari polyester atau bahan sejenisnya yang tidak licin sehingga pengguna tidak mudah terpeleset.
Hhhhmm, yayaya... Ada bedanya. Ada fungsinya. Ada gunanya. Sepakat ya?
Tapi, kalau ada yang bilang hidupmu kaya keset, apa yang terbayang?
Apa yang terasa?
Apa maknanya?
Serieus nanya niiiih saya.
Soalnya ada teman yang datang berurai air mata sambil cerita. Ini kisah nyata. Sakit hati sekali katanya. Merasa dihina. Ga berharga.
Apa iya?
Padahal tadi kita sepakat (anggap aja iya, hahahahhaa) kalau keset itu ada gunanya. Ada fungsinya. Yang berarti, ada manfaatnya. Hanya karena memang yang ia bersihkan itu kaki, bukan berarti ga berharga kan, ya? Inget, surga aja ada di telapak kaki ibunda. Kaki lho, saudara-saudara. Bukan di kepala.
Jadi, gimana?
Saran saya sih, maknai ulang semuanya. Kalau memang perlu klarifikasi, ya tanya dong apa maksud orang itu bilang hidup kita kaya keset. Bercanda kah, seriuskah, tanya. Karena kalau kita hanya meraba-raba, menduga-duga lengkap dengan bumbu segala derita ya gak kelar-kelar urusannya. Bisa jadi yang ngomong udah lupa, kitanya masih sedih gundah gulana terhina dina.
Lihat, dengar, rasakan.
Kita memang gak akan pernah bisa mengontrol apa yang orang lain katakan atau pikirkan tentang kita. Tapi kita punya kuasa untuk mengontrol pikiran dan perasaan kita. Anggap saja saat orang lain bilang hidup kita kaya keset itu artinya hidup kita sangat bermakna membersihkan kotoran-kotoran yang melekat di diri orang lain di sekitar kita. Alhamdulillah, segala puji kan milik Allah, Tuhan Alam Semesta. Dibawa ringan aja, ya? Perbaiki terus hidup kita. Jangan biarkan orang lain mengatur pikir dan rasa kita. Keset aja tegar terus memberikan makna meski diinjek-injek begitu rupa. Masa kita ga bisa?
Belajar terus nih saya juga. Biar bisa sekuat keset sabut kelapa bertuliskan WELCOME yang selalu siap sedia bersihkan kaki dan alas kaki siapa saja yang menginjaknya. Doakan istiqomah yaaaa....
Alloohumma thahhirnii minadz dzunuubi wal khathaayaa. Alloohumma naqqinii minhaa kamaa yunaqqats tsaubul abyadhu minan danasi. Alloohumma thahirnii bil tsalji wal baradi wal maa'il baaridi.
Komentar
Posting Komentar