Atasi Jetlag
Perjalanan panjang dari langit Praha menuju kota Bandung tercinta ditambah dengan perbedaan waktu, suhu dan cuaca mulai terasa efeknya. Satu jam terbang dari Praha ke Frankfurt, disusul tiga belas jam dari Frankfurt ke Singapura plus satu jam yang menegangkan akibat turbulence dari Singapura ke Jakarta masih ditambah perjalanan darat dengan kemacetan luar biasa efek pembangunan MRT sepanjang jalan tol dalam kota hingga Cikarang Utama. Bandara Cengkareng ke Bandung ditempuh dalam waktu sekitar enam jam setengah, saudara-saudara! Subhanallah walhamdulillah...
Kondisi berangkat pukul 6 sore waktu Praha dan mendarat di Jakarta pukul 9 malam, tentu saja membawa pengaruh di pikiran dan badan. Kapan pagi dan siangnya? Hahhahaa.... Lalu, seperti yang dapat diduga, jetlag pun melanda. Jum'at kemarin, puncaknya. Rabbi.... susah betul mau kompromi sama mata.
Eits, susah?
Lihat, dengar, rasakan.
Hhhhhm.....
Bismillah.... Di NLP, pikiran mempengaruhi perasaan. Dimana nantinya perasaan akan mempengaruhi fisiologis, perbuatan dan juga perkataan kita. Baiklah. Artinya, saat saya bilang susah di alam pikiran saya, maka rasa yang menjalar di sekujur tubuh ya susah. Efeknya? Secara jasmaniah, maka seluruh sistem tubuh saya merasa susah untuk bangun, bergerak dan beraktifitas. Susah deh pokoknya! Duh, astaghfirullah..... 🙈
Do we have a choice? Of course!
Pilihan ada di kita. Saya teringat akan Presuposisi NLP yang ditulis oleh Joseph O'Connor (2013) dalam bukunya NLP Workbook. Dari 13 presuposisi (cara berpikir), setidaknya ada 3 yang berhubungan erat dengan perkara pilihan;
1. Having a choice is better than not having a choice.
Nah. Sebetulnya, saat jetlag melanda, pilihan mulai nyata digelar depan mata. Mau pilih ikuti saja, dimana tubuh akan merespon untuk rebah dan tidur meyesuaikan dengan periode waktu sebelumnya, atau mau memilih untuk mengikuti periode waktu saat ini? O'Connor mengingatkan bahwa yang terbaik adalah memilih sesuatu yang bisa menyajikan banyak pilihan, bukan pilihan tunggal. Semakij banyak alternatif pilihan yang kita miliki, semakin bebas kita dapat memilih dan semakin besar pengaruh yang kita miliki.
2. People make the best choice they can at the time.
Apapun pilihan yang dibuat, itu merupakan pilihan terbaik yang diambil oleh seseorang. Menyesuaikan dengan peta pikiran yang ia miliki. Ingat, sesuai dengan peta pikiran yang dimiliki. Peta pikiran saya dengan Anda bisa jadi sama, atau malah jauh berbeda. Untuk hal ini, kembali ke poin pertama, berikan banyak alternatif pilihan yang lebih baik, maka keputusan yang diambil akan lebih banyak condong ke peta yang lebih luas. Dalam kasus jetlag saya, membentangkan pilihan lain yang bisa saya ambil selain tidur dengan alternatif pilihan benefit yang dapat saya peroleh sungguh membantu. Apalagi ada iming-iming daftar list project yang terselesaikan jika saya memilih untuk tidak tidur. Wuih, seluruh indera saya seolah-olah ikut bangun karenanya.
3. People work perfectly.
Di NLP, tak ada seorang maupun sesuatu keputusan pun yang dipandang salah atau gagal. Karena setiap orang mengeksekusi strategi kita dengan sempurna. Permasalahannya adalah terkadang strategi yang digunakan mungkin saja tidak didesain dengan baik dan efektif. Bagaimana memperbaikinya? Ketahui cara kerja strategi kita dan pelajari cara kerja orang lain (karena NLP itu tentang memodel keberhasilan), maka kemudian strategi kita dapat diubah untuk bekerja secara lebih maksimal.
Pada kasus jetlag saya, saya memilih untuk menyesuaikan badan saya dengan waktu yang berlaku saat ini. Kembali hadir utuh, mengingatkan diri bahwa sekarang sudah berada di Indonesia, dimana saya perlu mengikuti rimanya. Jam berapa saya perlu bekerja, jam berapa saya perlu beribadah, jam berapa saya perlu beristirahat. Tarik nafas perlahan, tahan kemudian menghembuskan perlahan. Melepas keterikatan badan saya dengan waktu saat saya berada di belahan dunia sana. Mengingatkan bahwa waktu saat ini enam jam lebih awal dari saat di kota Praha. Berdisasosiasi dengan Praha, lalu berasosiasi dengan Indonesia. Bagian barat tentu saja. Fiuuuuuuh! Ringan rasanya. Alam pikir bekerjasama secara sadar dengan alam rasa dan alam raga. Lokasi pun ikut ambil bagian lho. Ini hubungannya dengan ekologi. Saya melakukan proses tadi di ruang keluarga. Bukan di kamar tidur. Hehehehehehe, takut ketarik lagi sama magnet kasur. Selesai proses tadi, saya hirup aroma kopi panas lalu menyesapnya perlahan. Hasilnya? Satu project terjemahan dan artikel ini selesai saya kerjakan. Subhanallah wabihamdihii....
Bismillahirrahmannirrahiim, waqur rabbi a'uudzubika min hamazatis syayaatiin wa a'uudzubika rabbi ay yahdluruun... (Q.S. Al Mukminun 97-98)
Komentar
Posting Komentar