Tentang Pujian
Pujian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berasal dari kata puji yang berarti (pernyataan) rasa pengakuan dan penghargaan yang tulus akan kebaikan (keunggulan) sesuatu. Pujian sendiri merupakan pernyataan memuji seseorang (atau sesuatu).
Namun pernahkan kita menyadari, bahwa selalu ada kata uji dalam pujian?
Maka ibarat dua sisi mata uang, atau bahkan pedang, ada hal-hal yang nampaknya perlu kita renungkan tentang pujian.
Saat pujian diberikan sewajarnya, sekedarnya, tulus ikhlas diiringi doa agar seseorang atau sesuatu yang dipuji bertambah dekat dengan Sang Pencipta, maka pujian ini akan berbuah pahala dan sarana ketakwaan bagi keduanya.
Namun sebaliknya, saat pujian diberikan secara berlebihan, bertujuan untuk menjilat ataupun mencapai tujuan yang disembunyikan yang kemudian menyebabkan orang yang dipuji merasa bangga diri sehingga berujung pada 'ujub dan riya, maka pujian berubah menjadi ujian dan menjadi pintu masuk bisikan setan. Naudzubillah....
Lihat, dengar, rasakan.
Resapi makna pujian yang disematkan padamu, wahai jiwa.
Perhatikan pesan yang terkandung didalamnya, wahai raga.
Selalu ada kata uji dalam pujian.
Maka, hendaklah kau tak simpan pujian di atas kepala. Jangan biarkan rasa senang berlebih membuncah di dada. Lihat, dengar, rasakan. Tuluskah pujian itu disampaikannya? Istighfarlah segera. Karena sesesungguhnya pujian tertinggi bagi umat Islam hanya tertuju bagi Allah ta'ala, Tuhan Alam Semesta. Luangkan waktu untuk meresapi makna surat Al Fatihah ayat 2. Kita hanya manusia. Simpan rasa hangat yang mengalir di dada kala kalimat pujian menyapa, simpan dengan berucap hamdalah seketika. Kebaikan dan atau keunggulan kita tak akan pernah terjadi tanpa seijinNya. Bahkan sehelai daun yang jatuh dan terbang pun tak akan terjadi tanpa petunjukNya. Jadi apa yang hendak kau sombongkan, wahai Manusia? Aku, kamu, kita, semua sama. Terbuat dari tanahNya dan akan kembali kepadaNya. Simpan sombongmu baik-baik jauh di relung dada, ya.
Selalu ada kata uji dalam pujian.
Sebaliknya, saat kau dicaci dan dihina, jangan simpan itu semua dalam dada. Jangan biarkan itu semua merusak serta menggerogoti kebaikan yang kau punya. Hei, kita manusia. Tempatnya khilaf dan lupa. Istighfarlah segera. Tarik nafas, tahan kemudian hembuskan perlahan. Lihat, dengar, rasakan. Buka mata, telinga dan tajamkan rasa. Berapa orang yang menghina? Berapa banyak yang tak menghina? Bandingkan. Lihat, dengar, rasakan.
Pujian, cacian, hinaan. Semua hanya kata-kata. Kita yang punya kuasa untuk memberikan makna. Kita yang punya kuasa untuk pilih respon atas itu semua. Sematkan makna yang sederhana saja. Makna untuk bahagia. Bukankah kita hanya akan hidup sekali di dunia? Seberapa lama? Waktu adalah hal yang bukan dalam genggaman kuasa kita. Maka akankah kita membuatnya sia-sia? Terbuai dalam pujian yang dangkal maknanya, atau tenggelam dalam hinaan yang sebenarnya hanya diberikan oleh segelintir manusia. Pilih mana?
Selalu ada kata uji dalam pujian.
Berhati-hatilah kita saat menerima pujian, berbesar hatilah kita saat menghadapi hinaan. Pun demikian saat kita memberikan pujian, atau terbersit dalam benak untuk memberikan cacian atau hinaan. Karena apapun yang menjadi pilihan kita, kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
Ya Rabb ar Rahman, lindungilah aku dari buruknya pendengaranku, buruknya penglihatanku, buruknya lidahku, buruknya perbuatanku serta hatiku.
Komentar
Posting Komentar