Asahlah Kemampuanmu

Semalam mendadak bahas tentang entropi. 
Sebuah istilah di dunia sains yang merupakan salah satu  besaran termodinamika yang mengukur energi dalam sistem per satuan temperatur yang tak dapat digunakan dalam melakukan usaha. Entropi termodinamika mempunyai dimensi energi dibagi temperatur dengan Satuan Internasional joule per kelvin (J/K). 

Kata entropi pertama kali dicetuskan oleh Rudolf Clausius di tahun 1865, berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari kata [en-] yang berarti masuk dan [tropē] yang berarti mengubah/mengonversi.

Bahasan random ini dimulai dari sendal sepatu saya yang mendadak putus talinya. Barang kesayangan yang dibeli sekitar lima tahun lalu, namun jarang saya gunakan karena warnanya memang unik. Abu metalik. Tersimpan dalam kotak di rak sepatu dengan apik. Karena saya penganut pengguna barang yang perlu senada, ia memang lebih sering berdiam di kotaknya. Sejak saya beli, mungkin saya pakai tidak lebih dari sepuluh atau sebelas kali.

Nah, putus tali itu menjadi bahasan di group terbatas. 
Saya sih yang mulai dengan mengatakan, "Mungkin dia capek."
Lalu seorang teman bilang, "Dia ngambek karena jarang dipake, Mbak."

Deg.
Benda mati saja bisa kita personifikasikan sedemikian rupa. Seolah bernyawa dan punya jiwa. Sepatunya capek dan ngambek. Duh, maaf yaaa....

Lalu, guru kami tetiba menimpali, "Jadi artikel nih. Yang tak dipakai kan meluruh. Namanya entropi, segala sesuatu meluruh, menua, merusak. Makanya perlu diasah."

Jleb.
Kemudian terbayang tas-tas kesayangan yang baru saja saya ungsikan bulan lalu. Sejak pindah rumah kemudian resign tahun kemarin, saya memang agak jarang bergonta-ganti tas (yang selalu matching dengan sepatu!) karena lebih banyak berkegiatan di kantor yang terletak di rumah. Kalaupun pergi untuk berkegiatan di kampus ataupun memberikan pelatihan serta rapat-rapat di luaran, saya memilih warna netral. Sejak itu pula, banyak tas saya mendadak mengelupas kulitnya. Sebulan lalu saya ungsikan dari lemari penyimpanan ke ruang atas, dengan pikiran mungkin letak lemari menyebabkan hawa lembab. Kemudian berniat membawa ke tempat reparasi, tapi belum menemukan waktu yang pas dengan jadwal saya. (Tentang ini sebetulnya bisa menjadi tulisan lain, tak menemukan waktu yang tepat karena bukan merupakan prioritas lebih tepatnya).

Duh, jangan-jangan bukan karena letak lemarinya. Tapi karena kebermanfaatannya. Cukup lama waktu bagi mereka teronggok begitu saja di dalam kotak penyimpanannya. Diam, tak bergerak, tak bermanfaat. Bagi dirinya dan bagi saya selaku pemiliknya. Lalu dalam kesendirian dan keterdiamannya, ia meluruh dan menua. Rusak dengan sendirinya
Astaghfirullah...

Semakin tiada energi yang dikeluarkannya, padahal temperatur ruang penyimpanan tentunya tidak sesegar udara luar, mereka menjadi rusak. 

Rabbi.......
Lalu bagaimana dengan diri ini? Yang terkadang berpuas diri dengan kondisi saat ini. Merasa sudah bisa, sudah biasa, nyaman dengan kondisi yang ada. Tak mau lagi mencoba mencari yang baru, bergerak di seputar situ. Energi yang dikeluarkan hari ini sama dengan hari lalu, pun keadaan lingkungan yang hanya seputar kamu, kamu dan kamu. Jangan-jangan bagusnya kita tuh cuma segitu, di tempat itu, di saat itu. Duuuuh, malu. 

Padahal, entropi juga bisa diartikan sebagai transformasi. Ada makna baik didalamnya. Betul, tas dan sepatu rusak itu adalah konversi yang negatif, tapi artinya kita bisa berkonversi ke arah yang positif. Ketika energi yang dikeluarkannya kita tambah, dengan cara mengasah kemampuan kita dengan terus melakukan latihan. Latihan apa saja yang sesuai dengan kebutuhan, keperluan, keinginan dan kemampuan. Menjaga terus temperatur di suhu yang tepat dengan berada di lingkungan yang tepat, membawa pengaruh positif dengan semangat sinergi dan kolaborasi. Kompetisi positif yang tak sikat sikut sana sini.

Kenapa latihan?
Karena mengasah kemampuan itu tidak bisa hanya dilakukan asal-asalan. 
Salah satu pelajaran almarhum Mbah Stephen Covey yang saya ingat adalah, bandingkan ketajaman gergaji yang kau asah terus menerus selama berjam-jam dalam sehari dengan yang kau asah satu jam setiap hari. Mana yang lebih konstan ketajamannya?

Konsistensi. Komitmen kuat. Tanggung jawab.
Hubungannya dengan sepatu sendal dan tas saya, rusaknya mereka merupakan hasil dari perbuatan saya. Saat memilih untuk tak menggunakan mereka, saya tidak konsisten dan berkomitmen kuat atas pilihan saya ketika membeli mereka. Saya melalaikan serta melepaskan tanggung jawab atas hak mereka yang sejatinya memiliki potensi kebermanfaatan bagi saya. Hikmah bagi saya, terus menggali makna dan mengasah kemampuan saya untuk terus memaksimalkan sumber daya dan potensi yang saya miliki. Literally. 

Lihat, dengar, rasakan.

Doakan saya, ya. Supaya istiqomah.

Bismillah, subhanallah walhamdulillah. Inshaa Allah...








Komentar

Postingan Populer