Jatuh, Bangun dan Berlari

Saat kecil dulu, ketika adik bungsu saya terjatuh saat belajar jalan, almarhumah Mama akan berkata begini:
"Bangun, coba lagi."
Saat kemudian anak-anak belajar naik sepeda, kemudian terjatuh, kembali Mama berkata, "Ayok, bangun, coba lagi."

Pun saat saya mulai masuk masa remaja, menangis kala pertama mengenal luka dalam dada. Mama dulu berkata, "Yuk, usap air matanya. Bangun, coba senyum."

Maka lalu saya terbiasa dengan kata-kata Mama, "Bangun, ayo coba."

Seiring berjalannya waktu, saat Mama sudah tak lagi menemani perjalanan kehidupan, anchor kata-kata bangun dan coba seakan-akan menancap dengan kuat tanpa disadari.

Saat merasa gagal, maka di sela tangis, bisikan suara Mama terdengar dengan sangat jelas membangkitkan rasa hangat di sekujur tubuh. Memancarkan kesadaran penuh. Bahwa ini bukan saatnya untuk mengeluh, melainkan bangkit dengan susah sungguh.

Lihat, dengar, rasakan.

Saat terjatuh, resapi kejadiannya. Apa kira-kira penyebabnya? Apa yang bisa dilakukan agar tidak terulang kejadian yang sama? Apa yang perlu dilakukan? Apa yang tidak perlu dilakukan? 

Jatuh, bangun dan berlari.

Saat jatuh, lakukan evaluasi diri. Menangislah sejenak untuk mentafakuri arti. Lalu bangun, bangkit untuk menyadari. Kita bisa lebih baik dari ini. Pasti. Berlarilah kemudian, berlarilah dengan penuh percaya diri. Berlarilah dengan keyakinan yang pasti, bahwa kita ingin dan pasti bisa memperbaiki diri. Berlarilah dengan semangat bahwa, kalaupun nanti terjatuh, kita sudah pernah jatuh sebelumnya. Pernah jatuh dan sekarang baik-baik saja. Berarti nanti pun, akan baik-baik saja semestinya.

Jatuh, bangun dan berlari.

Karena kita tak pernah tahu sampai kapan kita diberi waktu. Jika saat jatuh, kita memilih untuk diam dan meratapi diri, kemudian ternyata dipanggil Illahi Rabbi, kapan kita akan perbaiki diri? Saat bangun, setidaknya kita melakukan usaha. Usaha untuk bangkit dan melakukan sesuatu. Bukankah manusia yang beruntung itu adalah manusia yang hari ini lebih baik daripada hari lalu? Mau sampai kapan menunggu? Yakin kita masih punya waktu? Masa depan siapa yang tahu?

Maka, berlarilah. Dalam usaha memperbaiki sesuatu. Berkejaran dengan waktu. Perbaiki sekuat dan semampumu. Saat jatuh, ingat baik-baik anchor yang bisa menguatkanmu. Sesuatu atau seseorang yang bisa membuatmu bangun, bangkit dan berlari. Temukan alasan terkuat untuk membuatmu mau bergerak kembali. 

Lihat, dengar, rasakan.

Maknai jatuhmu, bangun, berlari, lanjutkan terus segala usahamu. Jangan pernah berhenti. Karena berhenti, berarti mati.





Komentar

Postingan Populer